Teacher Chia Hitijahubessy appeared differently that morning. She wore a mask, put on a big smile and gave surprise to some 15 Menorah kindergarten students who greeted her with shouts and laughter. “That day I was no longer calm and kept my image. I viewed my students differently. I wanted to love them wholeheartedly,” she said.
Not only the students who were surprised by the teachers. Teacher Suhartini Loukassy and Teacher Vonny, also surprised. Why not. One of their student who usually was very quiet and timid, changed to be so active and passionate. Apparently, it’s the result of different teaching methods and educational approaches. What changed in the hearts of the teachers influenced their classroom’s atmosphere. It was also enhanced student’s best learning ability.
This is what “MERAKI” means, “Teaching creatively and wholeheartedly”. For two full days, on September 22-23, 2017, 126 kindergarten and elementary school teachers from Tual City and Southeast Maluku District attended Meraki training. Charis National Academy from Malang, East Java sent five teachers to opened new insights. Yayasan Cahaya Kei and Cerita Anak Pulau participated as organizing committee of the event which was opened by the Deputy Regent of South Maluku, Mr. Yunus Serang.
The participant teachers learned new unique and creative teaching methods. In fact, there were some teachers who felt they got a really different lessons during their 30-year teaching career. Paul Richardson, founder of Charis National Academy shared a new vision, that one teacher alone has the potential to influence 400 students throughout his/her career. This is huge assets. If every teacher in Kei archipelago teaches with “meraki” heart, it won’t be impossible that a new generation will born. A generation who are creative and able to maximize their potentials to develop their islands.
Susana Ikawati, Dede Bethesda, Lelly Stevani and Vinda, the Charis lecturers, shared creative teaching approaches, classroom management, learning centers, and new techniques which were practiced directly. We hope that what many more teachers experienced what Teacher Chia felt.
Developing a generation is not a one-night job. It needs strong hearts and cooperation of local community. And we begin by supporting powerful teachers and mentors to unleash the best potential of children in Kei archipelago.
***
Ibu guru Chia Hitijahubessy berpenampilan berbeda pagi itu. Ia mengenakan topeng, memasang senyum lebar dan memberi kejutan ke sekitar 15 anak TK Menorah yang menyambutnya dengan teriakan dan tawa. “Hari itu saya tidak lagi jaim (jaga image). Saya punya pandangan yang berbeda kepada anak didik saya. Saya mau lebih sayang lagi kepada mereka dengan sepenuh hati,” katanya.
Tak hanya anak-anak yang diberi kejutan oleh sang Ibu guru. Ibu guru Suhartini Loukassy dan Ibu guru Vonny, pengajar di TK Menorah Kota Tual hari itu pun terkejut. Betapa tidak. Seorang anak didik mereka yang sangat pendiam dan sulit bicara hari itu begitu aktif dan semangat. Ternyata, itu hasil dari metode mengajar dan pendekatan mendidik yang berbeda. Perubahan di hati para pengajar terbukti telah mengubah suasana kelas dan mengeluarkan kemampuan belajar terbaik anak-anak di sekolah itu.
Inilah “MERAKI”, yang artinya “Melakuan sesuatu dengan kreatif dan sepenuh hati”. Selama dua hari penuh, pada 22-23 September 2017, 126 guru TK dan SD Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara mengikuti pembekalan dan pelatihan Meraki. Charis National Academy dari Malang, Jawa Timur mengirimkan lima orang pengajar yang membuka wawasan baru. Yayasan Cahaya Kei dan Cerita Anak Pulau turut serta dalam panitia penyelenggaraan acara yang dibuka oleh Wakil Bupati Maluku Tenggara, Bapak Yunus Serang.
Para guru yang hadir merasakan metode pengajaran yang baru, unik dan kreatif. Bahkan ada beberapa guru yang merasa mendapat banyak hal baru selama 30 tahun karir mengajarnya. Paul Richardson, pendiri Charis National Academy membagikan sebuah visi baru, bahwa satu orang guru saja mempunyai potensi mempengaruhi 400 anak didik sepanjang karirnya. Ini bukan jumlah yang sedikit. Bila setiap guru di kepulauan Kei mengajar dengan meraki, maka akan lahir generasi baru yang kreatif dan mampu mengeluarkan potensi maksimalnya untuk memajukan kepulauan ini.
Susana Ikawati, Dede Bethesda, Lelly Stevani dan Vinda, para pengajar Charis, membagikan metode pendekatan mengajar aktif kreatif, teknik manajemen kelas, learning centres, dan beberapa teknik baru yang langsung dirasakan manfaatnya oleh seluruh peserta. Kisah yang dialami Ibu guru Chia kiranya dialami juga oleh banyak guru lain.
Membangun dan mengubah generasi bukanlah pekerjaan satu malam. Diperlukan kerjasama, hati, dan komunitas yang kuat. Dan ini kita mulai bersama dengan mendukung para guru dan mentor yang berpengaruh kuat untuk melepaskan potensi terbaik dari anak-anak di kepulauan Kei.