Mega is the Squad Leader of UNLEASHED leadership program, designed specifically to help teens grow as leaders by practicing the experience of helping others and impacting their communities.
Mega’s everyday life as a teenager is not easy. Her village is not equipped by electricity and internet yet. To reach school students must walk for four hours (back and forth). His father has passed away already, and his mother is not functioning optimally because of alcoholic addiction. But these conditions don’t let her down.
At the beginning of the program, Mega and nine other teens from Nabaheng village were behind. Most of them had difficulties to understand how to cope with Unleashed program, which required them to make plans, define targets, and conduct self-evaluation. Some were unmotivated. Then we change the learning strategy. These teenagers are entrusted to organize their own weekly meetings. So we had meetings while picnicking on the mountain, diving in the sea, harvesting walnuts and coconuts, dancing exercises etc.
Within a month, they caught up, and even made it into the top ten. Successfully competed with their friends from big cities such as Tual, Jakarta, Denpasar, and Semarang. Even Mega reached the best for these past weeks.
But the main purpose of these is not ranking or points at all.
The main point is that the teens experienced real things of having positive impact on their friends, siblings, and the environment. They can be trusted. And they do want to contribute, give a positive aura for their friends.
The problem may be lies with us, the adults. Are we willing to give them enough time, space, opportunity and attention?
To see her video testimonial please visit our facebook page here.
***
Mega adalah Squad Leader dari program kepemimpinan UNLEASHED, yang dirancang khusus untuk menolong remaja bertumbuh menjadi pemimpin dengan mempraktikkan pengalaman menolong orang lain dan berdampak bagi komunitasnya.
Kehidupan Mega sebagai remaja sehari-hari tidak terbilang mudah. Desanya tidak ada listrik dan internet. Untuk mencapai sekolah harus jalan kaki empat jam bolak-balik. Ayahnya sudah meninggal, dan ibunya tidak berfungsi maksimal karena masalah ketergantungan miras. Tapi ini tidak membuat Mega menjadi murung dan patah semangat.
Di awal program, Mega dan sembilan orang lainnya dari kampung ini cukup tertinggal. Sebagian besar kesulitan untuk mengerti cara belajar dalam Unleashed yang harus membuat rencana, menentukan target, dan melakukan evaluasi diri. Ada juga yang tidak termotivasi. Lalu kami mengubah strategi belajar. Para remaja ini dipercayakan untuk mengorganisir sendiri pertemuan mingguan mereka. Bahasa kekiniannya ala kids zaman now versi Kei Besar. Jadilah kita latihan sambil piknik di gunung, menyelam di laut, panen kenari dan kelapa, latihan dansa dll.
Dalam waktu satu bulan lebih, mereka mengejar ketertinggalannya, dan bahkan berhasil masuk sepuluh besar. Bersaing dengan teman-temannya di Tual, Jakarta, Bali, dan Jawa. Bahkan minggu ini Mega jadi yang terbaik.
Namun inti dari pengalaman ini bukanlah ranking atau poin.
Inti terbesarnya adalah pengalaman nyata para remaja bahwa mereka sanggup memberi dampak positif bagi teman, adik, dan lingkungannya. Mereka bisa dipercaya. Dan mereka mau berkontribusi, ikut memberi aura positif bagi teman dan gengnya yang adalah dunia terpenting mereka di usia ini.
Masalahnya mungkin ada pada kita yang dewasa. Apakah kita mau memberikan waktu, ruang, kesempatan dan perhatian yang cukup bagi mereka?